LAPORAN
HASIL
PERAKTEK
KERJA INDUSTRI
MENGGANTI FUSELINK PADA FCO
NAMA : JAKA PURWANTO
NISN :
000000000
JURUSAN
: TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK
SMK NEGERI 05 BOMBANA
2017
LEMBAR
PEGESAHAN
FUSE
CUT OUT ( FCO )
Oleh :
Nama : Jaka Purwanto
Nisn
:
Menyetujui
GURU PEMBIMBING PEMBIMBING DU/DI
JABAL HARIMAN, S.Pd ALI SABANUR
NIP.
Mengetahui
KEPALA SEKOLAH PIMPINAN DU/DI
PAIDAN.S,Pd.,MPd SUYATNO
NIP
HALAMAN
PENETAPAN UJIAN
FUSE
CUT OUT ( FCO )
Oleh,
Nama : Jaka purwanto
Nisn :
Menyetujui,
Pujian 1
(...................................)
(...................................)
Penguji 2
(...................................)
(....................................)
Mengetahui,
KEPALA SMKN 05 BOMBANA
PAIDAN,S.Pd.,MPd
NIP.
MOTTO
1.
Bekerja dan belajar itu ibadah jadi
lakukanlah secara sungguh sungguh karena allah akan memudahkan jalan orang
orang yang mau berusaha dengan sungguh sungguh dan penuh harap.
2. Ketika
kita memperdulikan omongan orang lain yang mencibir kita pada saat itulah anda
akan berada dalam posisi yang buruk.
3. Jangan
perna melakukan hal yang sia sia,pedulikan masa depanmu dan tinggalkan masa
lalu.
4. Teknologi
yang canggih harus di manfaatkan sebaik mungkin dan bersyukur dapat
menguasainya.
5. Jangan
menganggap diri kita bodoh terlebih dahulu tapi tanyakanlah apa yang belum kita
ketahui dan jangan takut dibilang orang bodoh sebetulnya mereka orang yang
zalim pada diri mereka sendiri.
PERSEMBAHAN
Penulis dan penyusun
laporan hasil praktikum ini saya persembahkan kepada:
1. Kepada
orang tua saya yang telah mendidik dan merawat saya dari lahir sampai saat ini.
2. Kepala
sekolah SMKN 5 BOMBANA yang telah banyak berjasa kepada penulis sehingga
penulis menjadi seperti sekarang ini
3. Guru
– guru yang kusayangi yang tak pernah menyerah membimbing penulis baik secara
lisan maupun tertulis.
4. Serta
adik – adik kelas yang saya banggakan.
DAFTAR
RIWAYAT HDUP
Biodata Siswa
1.
Nama :
jaka purwanto
2.
Tempat/tanggal lahir :
3.
Jenis klamin :
laki-laki
4.
Agama :
islam
5.
Alamat :
6.
Nomor hp :
Riwayat Pendidikan
A.
Pendidikan Formal
1.
TK MATAHARI
BAMBAEA
2.
SDN 2 BAMBAEA
3.
SMPN 05 BOMBANA
4.
SMKN 05 BOMBANA
B.
Pendidikan Non-Formal
Riwayat Organsasi
1.
OSIS
2.
PRAMUKA
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiimi…
Dengan memohon rahmat dan hidayatnya,
shalawat serta salam senantiasa kami panjatkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad S.A.W beserta keluarga dan para shahabatnya karena atas berkat
rahmatnya Laporan ini dapat di selesaikan dengan baik.
Adapun
tujuan pembuatan Laporan ini merupakan salah satu tuntutan kurikulum SMK Negeri
5 Bombana terutama jurusan TITL (Teknik Instalasi Tenaga Listrik) dan merupakan
suatu kewajiban bagi siswa yang melaksanakan PRAKERIN.
Laporan
ini berdasarkan teori yang telah di tentukan di sekolah dan di lapangan yang
meliputi dunia usaha dan industri.
Dalam
penyusunan Laporan ini, penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kemajuan pembuatan Laporan berikutnya.
Dan
tidak lupa penyusun ucapkan banyak terimakasih kepada:
1.
Bapak PAIDAN S.Pd.,MPd Selaku Kepala
Sekolah SMKN 5 Bombana
2.
Bapak SUYATNO Selaku manajer PT.PLN
(persero) Rayon bombana
3.
Ibu Drs. Nani Rohati Walikelas yang
dengan sabar membimbing kami
4.
Staff dan seluruh Karyawan/i PT.PLN
(persero) Rayon Bombana yang sudah ikut membimbing kepada kami selama PRAKERIN.
5.
Teman – teman di Sekolah
6.
Dan semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan Laporan ini.
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.
Amiin…
Bombana,…Mei
2017
Jakapurwanto
DAFTAR
ISI
SAMPUL ………………..………………………………………………………………i
LEMBAR
PENGESAHAN
………………………………………………………......ii
LEMBAR
PENEPATAN UJIAN …………………………………...…………...….iii
MOTTO
…………………………………………………………………………..…....iv
PERSEMBAHAN……….…………………………………………………………..…v
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………....vi
KATA
PENGANTAR….………..……………………………………..……….....….vii
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………………..ix
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………………………………….01
A. LATAR
BELAKANG ……………………………………………………….01
1.
Sejarah Berdirinya DU/DI………………………………….……………01
2.
Struktur Organisasi DU/DI…………………..…..………………………04
3.
Rekapitulasi Peralatan di DU/DI…….………………………………….05
4. Kegiatan
Usaha DU/DI ………………………………………………….05
B. TUJUAN……………………………………………………………………….05
1. Tujuan
Pelaksanaan Prakerin ……………………………………………05
2. Tujuan
Pembuatan Laporan …………………………………………..…06
BAB
II PROSESPELAKSANAAN……………………………………….…..…..…07
A.
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan…………...…….………………..……07
B.
Alat Dan Bahan……………………………………………….…..………07
C.
Proses Pengerjaan …………………………………………….………….07
D.
Implementasi Keselamatan Kerja …………………..…………………..08
E.
Hasil Yang Di Capai ………………………………………..……………08
BAB
III PEMBAHASA/ISI/TEMUAN (MATERI SPESIFIK /KHUSUS ..….…09
A.
KAJIAN PUSTAKA………………………………….…………………..09
B.
ISI/PEMBAHASAN……….……………………………………………..10
C.
PENGEMBANGAN TINDAK LANJUT…….……….………………..20
BAB
IV PENUTUP………………………………….…………………….…….…….21
A.
Kesimpulan………………………………………………....……………...21
B.
Saran………………………...…………………………………..………….21
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………….………………………
LAMPIRAN
– LAMPIRAN…………………………………………………………..
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pelaksanaan
praktek kerja industri (prakerin) sebagai perwujudan kebijakan link and match, yaitu kerja sama antara sekolah sebagai dunia pendidikan
dengan dunia pendidikan dengan dunia usaha / dunia industry (DU/DI) sebagai
lembaga swasta yang peduli dengan pendidikan. Upayah ini dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK). Prakerin juga Prakerin juga sebagai wujud pencapaian tujuan
pendidikan yaitu relevansi keterampilan siswa dengan tuntutan kebutuhan dunia
kerja. Hasil
yang di harapkan dari kegiatan prakerin yaitu pemantapan keahlian professional
siswa yang meliputi kemampuan bekerja, motivasi, inisiatif, kualitas kerja,
disiplin kerja.
Untuk panduan bagi siswa maupun pembimbing di lapangan maka di terbitkanlah buku
panduan sebagai
pengontrol dan sebagai bahan evakuasi / penilaian maka diperlukan prakerin di
DU / DI.Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah suatu
bentuk penyelenggaraan pendidikan sistem ganda
yang harus dilalui oleh setiap siswa yang akan menamatkan pendidikannya di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
1. Sejarah
berdirinya PT.PLN (persero) Rayon Bombana
Penyediaan
tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk pada tahun 1964.
Pada mulanya dilakukan dan dikelolah oleh maskapai perusahaan setempat (MPs),
masing-masing berkedudukan di Kendari, Bau bau dan Raha Seiring dengan
penyerahan pengelolah kelistrikan di wilayah Sulawesi selatan dan tenggara dari
MPs ke PLN, wilayah VII Makassar, maka pada tahun 1971 status organisasi
pengelolah kelistrikan di kota Kendari dirubah menjadi unit singkat Ranting
dengan nama ranting Kendari yang merupakan salah satu unit yang berada di bawah
PLN cabang Ujung Pandang, Setelah itu berturut-turut MPs MPs yang berada di
Kabupaten Buton dan Muna, juga diambil alih pengelolahnya oleh PLN Wilayah VII.
Wilayah kerja ranting Kendari pada saat itu banya mencakup Kota Kendari dan
sekitarnya karena kemam kapasitas terpasang pembangki puan listrik yang
dikelolah belum besar yaitu sebesar 1.156 KW. Dalam usaha untuk menjangkau,
untuk mengakomodasi kebutuhan Maka pada masyarakat untuk mendapatkan fasilitas
dari PLN Sulawesi Tenggara tahun 1977 berdasarkan k pemimpin PLN wilayah VIll
No. erbesar 017rw.vllv1977. Status organisasi ranting Kendari dengan wilayah
kana di Kabupaten, di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kabupaten Kendari,
masing-masing Kabupaten Kolaka, Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna. berstatus
ranting yaitu ranting Bau-bau, ranting Kolaka, dan ranting Raha Total kapasitas
terpasang pembangkit listrik PLN wilayah VIII cabang kendari pada saat itu
adalah sebesar 4780 KW. Setahun kemudian yaitu pada tahun 1978 tenjadi
pemekaran sub unit di wilayah keria cabang Kota Kendari dan Ranting Wangi-wangi
di Kabupaten Buton. Sampai dengan tahun 1990 pengusaha kelistrikan di Sulawesi
Tenggara yang ditandai dengan meningkatnya jumlah pelanggan listrik PLN. Hal
ini dimungkinkan karena ditunjang oleh penyediaan tenaga listrik yang cukup
memadai dengan kapasitas pembangkit sebesar 20,50 Kw. Pada tahun 1994, PLN
Wilayah VIll cabang Kendari berubah menjadi PT PLN (Persero) Cabang Kendari,
setelah berubahnya status PLN, dari pcrusahaun umum menjadi Persero. Sampai
dengan pertengahan tahun 1995. PT. PLN (Persero) Cabang Kendari khususnya
wilayah pelayanan di Kota Kendari dan sekitarnya mengalami krisis daya listrik
sehingga untuk menanggulangi kondisi tersebut PT PLN (Persero) Cabang Kendari
melakukan kontrak kera sama dengan C. Haiji Kalla yaitu penambahan unit mesin
dengan daya terpasang sebesar 4.800 kw, schingga kapasitas pembangkit tenaga
listrik (terpasang) pada saat itu menjadi sebesar 27.704 Kw, namun kontrak
keduanya sudah usai. Dan di tahun 2014 PT PLN (Persero) Area Kendari telah
memiliki tambahan beberapa unit mesin sewa. Jadi, total kapasitas pembangkit
(terpasang) pada system kendari pada saat ini sebesar l12.262 Kw. Seiring
dengan dikeluarkannya keputusan direksi PT PLN (Persero) Nomor: 120 Ki 010DIR/2002 tanggal 27 Agustus 2002 dengan
penimbangan bahwa untuk menyelaraskan semangat otonomi Daerah dengan fungsi
usaha dan wilayah kerja PT. PLN (Persero) unit bisnis Sulawesi Selatan dan
Tenggara cabang Kendari juga berubah namanya menjadi PT. PLN (Persero) Wilayah
dan Sulawesi Tenggara cabang Kendari. Sejalan dengan semangat otonomi daerah
dan pemekaran beberapa Kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, dan untuk
memacu peningkatan pelayanan pelanggan maka sesuai keputusan Genderal Manager
PT. PLN (Persero), No. 1291. KU021 GM/2004, uanggal 29 Desember 2004 maka
dibentuk Sub Unit organisasi yang setingkat ranting pada cabang Kendari yaitu:
Ranting Konawe Selatan, Ranting Bombana, dan Ranting Kolaka. Saat ini organisasi
PT PLN (Persero) cabang Kendari terdiri atas 7 Rayon yaitu: Rayon Kolaka, Rayon
Unnha, Rayon Konawe Selatan. Rayon Bombana, Rayon Kolaka Utara, Rayon
Benu-benun, dan Rayon Wua-wua.
2. Struktur
organisasi PT.PLN (persero) Rayon Bombana
3. Rekapitulasi
peralatan di PT.PLN (persero) Rayon Bombana
No
|
Nama
Alat
|
Jumlah
|
1.
|
Kendaraan operasional (mobil)
|
4 unit
|
2.
|
Kendaraan operasional (motor)
|
2 unit
|
3.
|
Tangga
|
4 buah
|
4.
|
Kunci pas
|
1 set
|
5.
|
Kunci ring
|
1 set
|
6.
|
Tang pres
|
1 set
|
7.
|
Tang potong
|
|
8.
|
Tang ampere
|
|
9.
|
Gergaji besi
|
|
10.
|
Stick
|
4 buah
|
4. Kegiatan
usaha PT.PLN (persero) Rayon Bombana
PT. PLN (Persero) Rayon
Bombana bergerak di bidang jasa kelistrikan dan penerangan.
B. Tujuan
1. Tujuan
pelaksanaan prakerin
Tujuan PRAKERIN (praktek kerja industri) adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan
dan mengembangkan hubungan antara sekolah dengan dunia usaha atau industri.
b. Menghasilkan
tenaga kerja yang professional dan berkualitas.
c. Mengasah
keterampilan yang telah di berikan sekolah ke dunia usaha.
d. Meningkatkan
efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan kerja yang
berkualitas.
e. Menambah
keterampilan serta wawasan dalam dunia usaha.
f. Mewujudkan
visi dan misi sekolah.
g. Sebagai
syarat mengikuti Ujian Nasional.
h. Dapat
menjadi gambaran kepada siswa siswi seperti apa dunia kerja.
2. Tujuan
Pembuatan Laporan
Adapun tujuan dari pembuaatan laporan prakerin ini
antara lain:
a. Sebagai
bukti tertulis bahwa siswa telah melaksanakan prakerin,
b. Agar
siswa mampu mengembangkan dasar-dasar teori yang didapatkan dari sekolah yang
berhubungan dengan hasil prakerin,
c. Siswa
dapat menuangkan pikiran kedalam tulisan yang dapat diuji keilmihannya.
BAB
II
PROSES
PELAKSANAAN
A.
Waktu
dan tempat pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktek kerja
industri yaitu pada tanggal 21 februari 2017 sampai dengan 20 mei 2017 yang
bertempat di PT.PLN (persero) Rayon Bombana dan Unit Bambaea.
B.
Alat
dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang di gunakan dalam mengganti fuse link yaitu:
1. Alat
a. Tang
b. stick
2. Bahan
a. Fuse
link
C.
Proses
Pengerjaan
1. Pertama
lepas CO menggunakan stick dalam proses ini kita mesti hati-hati karna stick
terkena pada jaringan atau sangkut pada jamper.
2. setelah
CO di lepas dan diturunkan kita langsung membuka tutup CO yang didalamnya
berisi fuse link.
3. Kemudian
membuka tutp atas setelah itu buka juga di bagian bawah yang menahan fuse link
dengan menggunakan tang,
4. setelah
itu ganti fuse link sesuai perintah pembimbing,
5. setelah
di ganti, kancing sekuat mungkin bagian bawah yang menahan fuse link dansetelah
itu tutup.
D.
Implementasi
keselamatan kerja
1. Gunakan
peralatan K3 dengan benar
2. Gunakan
alat dan bahan sesuai dengan fungsinya
E.
Hasil
yang di capai
Adapun
hasil yang di capai dalam pemasangan FCO ( Fuse Cut Out ) yaitu FCO dapat
digunakan dengan baik dan benar.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Kajian
pustaka
1. Fuse
Cut Out ( FCO )
Fuse cut out ( FCO ) adalah
peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini
akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati
arus yang melewati kapasitas kerjanya. Fungsi peralatan pelindung arus lebih
pada suatu sistem jaringan adalah mendeteksi gangguan dalam rangkaian, dan
memutus arus lebih pada harga rating pemutusnya, sertadapat membantu bilamana
peralatan pelindung yang lain yang berdekatan tidak dapat bekerja dengan baik.
Peralatan FCO digunakan sebagai pengaman dan pemisah daerah yang terkena
gangguan, agar daerah pemadaman tidak terlalu luas. Pada sistem jaringan
distribusi, FCO juga dipasang untuk mengamankan instrumen lainnya, seperti
peralatan transformator, capasitor pengatur tegangan dan jaringan percabangan
satu phasa. Namun ada kelemahan dari pengaman jenis ini, yaitu penggunaannya
terbatas pada penyaluran daya yang kecil, serta tidak dilengkapi dengan alat
peredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.
FCO
ini di sistem jaringan distribusi yang dioperasikan untuk tegangan diatas 600
Volt digolongkan sebagai Distribution Cut out (Power Fuse)
Salah
satu penyebab CO putus adalah akibat ada pepohonan yang kandas pada jaringan
SUTM
2. Fuse
link
Fuselin adalah kawat
pemutus sejenis sikring yang digunakan pada pemutus jaringan tegangan menegah
(JTM). Fuse link dipasang pada tabung CO (cut out) yang berfungsi sebagai
pemutus jika ada arus yang melebihi kapasitas ukuran fuse link. Ukuran fuse
link yang sering digunakan adalah 2A, 3A, 5A, 6A, 8A, 10A, 15A, 20A, 25A, 30A.
B.
Isi/pembahasan
Pada
pembahasan ini akan dibahas lebih mendalam tentang Fuse Cut Out ( FCO)
1. Pengertian
Fuse (pelebur)
merupakan suatu peralatan pengaman yang telah dirancang khusus dan akan akan
bekerja (melebur) jika arus yang melewatinya melebihi suatu nilai tertentu
(arus nominal) yang telah ditentukan. Apabila terjadi gangguan maka elemen
pelebur yang terletak pada tabung fiber akan meleleh dan terjadi busur api yang
akan mengenai tabung fiber sehingga menghasilkan gas yang akan memadamkan busur
api. Jika sudah putus FCO akan membuka dan menggantung di udara (SPLN 64).
Karakteristik waktu/arus dari sebuah fuse adalah
I2t. Karakteristik arus waktu dari berbagai sambungan fuse yang berbeda,
elemen-elemennya berbeda dan membutuhkan perhatian yang hati-hati untuk
memakainya pada sebuah sistem.
Fuse cut out sendiri meupakan suatu alat pengaman
yang melindungi jaringan terhadap rus beban lebih (over load current) dan yang
mengalir melebihi dari batas maksimum. Konstruksi dari fuse cut out ni jauh
lebih sederhana jika dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang
terdapat pada gardu induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini memiliki
kemampuan yang sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat
memutuskan satu saluran tiga fasa, maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga
buah untuk saluran tiga fasa. Selain itu Fuse cut out juga merupakan pengaman
lebur yang ditempatkan pada sisi TM yang gunanya untuk mengamankan jaringan TM
dan peralatan kearah GI terhadap hubungan singkat di trafo, atau sisi TM
sebelum trafo tetapi sesudah cut out. Untuk menentukan besarnya cut out yang
harus dipasang, maka harus diketahui arus nominal trafo pada sisi TM, sedangkan
besarnya cut out harus lebih besar dari arus nominal trafo sisi TM
2. Prinsip
Kerja
Pada sistem
distribusi FCO yang digunakan mempunyai prinsip melebur, apabila dilewati arus
yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya FCO dipasang setelah PTS maupun
LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri
dengan jaringan yang dilindunginya. FCO juga sering ditemukan pada setiap
trafo.
Penggunaan FCO
ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan sistem distribusi karena
FCO boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang yang
disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam
kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan
pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity)
yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut.
Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk FCO adalah kawat perak, kawat
tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan – bahan
tersebut. Pada umumnya diantara kawat diatas, yang sering digunakan adalah
kawat logam perak, hal ini karena logam perak memiliki Resistansi Spesifik
(µΩ/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC) yang rendah. Kawat ini
dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai
pemadam busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga
arus mengalir melaluinya.
Tabel 1. Tabel
Titik Lebur dan Resistansi Spesifik Jenis Logam Penghantar Pada FCO
No
|
Jenis Logam
|
Titik Lebur (oC)
|
Resistansi Spesifikasi (µΩ/cm)
|
1
|
Tembaga
|
1090
|
1,7
|
2
|
aluminium
|
665
|
2,8
|
3
|
Perak
|
980
|
1,6
|
4
|
Timah
|
240
|
11,2
|
5
|
Seng
|
419
|
6,0
|
Jika arus beban
lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak di dalamtabung
porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan. Pada waktu
kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh pasir yang berada di
dalam tabung porselin Karena udara yang berada di dalam porselin itu kecil maka
kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih.
Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut.
Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus yang melebihi maksimum,
maka waktu itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka tabung
porselin akan terlempar keluar dari kontaknya. Dengan terlepasnya tabung
porselin ini yang berfungsi sebagai saklar pemisah, maka terhidarlah peralatan
jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih atau arus hubung singkat.
Umur dari fuse
cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus yang melalui FCO
tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out lebih pendek. Oleh
karena itu pemasangan FCO pada jaringan distribusi hendaknya yang memiliki
kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai
lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya
ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi dan pengaman pada cabang –
cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.
3. Klasifikasi
Pengaman Lebur
Fuse atau
pengaman lebur tegangan tinggi menurut kekuatan dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
a. Fuse
Cut Out distribusi, mempunyai sifat:
1) Kekuatan
isolasinya berada pada tingkat distribusi
2) Terutama
digunakan dalam rangkaian distribusi
3) Konstruksi
mekanis disesuaikan untuk dipasang diatas tiang
4) Batas
tegangan operasinya berhubungan dengan tegangan sistem distribusinya
Cut out distribusi mempunyai penyangga yang bersifat
menyekat dan memegang pelebur yang dilapisi dengan bahan organik. Pemutusan
karena arus lebih, akan terjadi pada pemegang-pemegang oleh aksi ionisasi dari
gas yang dihasilkan oleh lapisan bahan organik sewaktu terkena busur panas api
yang timbul karena mencairnya sambungan pelebur.
Dalam
jaringan distribusi ada beberapa tipe cut out pelebur, yaitu :
1) FCO
tipe plug
2) FCO
tipe pintu
3) FCO
tipe terbuka
b. Pengaman
lebur tembaga, mempunyai sifat:
1) Kekuatan
isolasi berada pada tingkatan tenaga
2) Digunakan
terutama pada gardu induk dan distribusi
3) Konstruksi
mekanis di sesuaikan dengan pemasangan dalam gardu
4) Tegangan
kerjanya sesuai dengan di gardu dan tegangan sistem transmisinya
Pengaman lebur tembaga rating tegangan, arus beban
dan rating arus yang lebih tinggi daripada FCO disisi busi. Ada dua jenis
pengaman lebur tambaga, yaitu:
1) Tipe
ekspulsi, pemutusan arus lebih lewat arus diionisasi dari gas seperti pada FCO
2) Tipe
pembatas arus, pemutusan arus lebih terjadi pada waktu busur api yang timbul
karena melelehnya elemen lebur dikalahkan pembatas mekanik dan aksi pendinginan
dan pengisian pasir disekitar elemen lebur.
4. Rating
Pengaman Lebur
Pengaman
lebur memiliki rating tegangan, rating arus dan rating pemutus.
a.
Rating tegangan Adalah tegangan searah
atau bolak-balik yang mana pengaman lebur direncanakan untuk beroperasi.
b.
Rating arus Adalah besarnya arus searah
atau arus bolak-balik maksimum dalam Ampere pada rating frekuensi yang mengalir
tanpa menimbulkan kenaikan suhu yang melampaui batas.
c.
Rating pemutus Adalah arus hubung
singkat maksimum yang ditunjuk pada tegangan rated yang dapat memutus pelebur
dengan aman.
5. Karakteristik
Pengaman Lebur
Pelebur
atau fuse mempunyai dua karakteristik yaitu:
a.
Karakteristik pengaman, yaitu hubungan
antara arus hubung singkat simetri atau asimetri dengan arus pemutusan pelebur
(arus cut out).
b.
Karakteristik pencairan (melting) dan
pemutusan (clearing), yaitu hubungan antara arus gangguan dengan waktu mulai
mencair dan pemutusan fuse. Untuk ini ada dua kurva yaitu maksimum clearing
time dan minimum melting time.
Karakteristik
dari Fuse Cut Out (FCO) ialah lamanya waktu pemutusan yang tergantung dari
besarnya arus yang mengalir pada peleburnya. Perbedaan kurva antara kedua tipe
didasarkan pada “speed ratio”, yaitu perbandingan antar arus leleh minimum pada
0,1 detik dan arus leleh minimum pada 300 atau 600 detik. Untuk fuse link tipe
“K” (tipe cepat) speed ratio = 6-8. Untuk fuse link tipe “T” (tipe lambat)
speed ratio = 10-13.
|
1
|
Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar pengenal fuse link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. Pengenal N dispesifikasi fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka pengenalnya dalam waktu 5 menit. Pada praktek dilapangan ketentuan tersebut kurang memuaskan penggunanya karena hanya satu titik yang dispesifikasi pada kerakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang dibuat oleh sejumlah pabrik yang berbeda mempunyai keterbatasan dalam memberikan jaminan koordinasi antar fuse link. Setelah fuse link dengan pengenal N kemudian muncul standar industri fuse link dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951. Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih “cepat” dan pengenal T untuk menyatakan fuse link bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih ”lambat”. Fuse link tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan yang universal karena fuse link ini bisa ditukar tukar (interchangeability) kemampuan elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi dalam standar. Fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara mekanis akan sama dengan fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi pabrik lain. Karakteristik listrik link tipe K dan fuse link tipe T sudah distandarisasi dan sebagai titik temu nilai arus maksimum dan minimum yang diperlukan untuk melelehkan fuse link ditetapkan pada 3 titik waktu dalam kurva karakteristik Kondisi ini lebih menjamin koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa pabrik menjadi lebih baik dari pada yang dimiliki fuse link N.
Gambar.
Konstruksi Fuse Cut Out
Keterangan:
1. Isolator
porselin
2. Kontak
tembaga (disepuh perak)
3. Alat
pemadam/pemutus busur
4. Tutup
yang dapat dilepas (dari kuningan)
5. Mata
kait (dari kuningan)
6. Tabung
pelebur (dari resin)
7. Penggantung
(dari kuningan)
8. Klem
terminal (dari kuningan)
6. Fuse
Link
a.
Standar Fuse link
b.
Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal
Fuse
Link Seiring
dengan perubahan teknologi dan kebutuhan
dalam peningkatan mutu pelayanan
tenaga listrik. beragam tipe dan angka pengenal fuse cut out letupan (expulsion) yang
diproduksi dan dijual dipasaran
pada masa kini. Salah satu perusahaan
pembuat fuse link menyediakan beberapa
tipe yang diantaranya adalah tipe K, T, H, N, D, S untuk sistim distribusi
dengan tegangan
sampai 27 kV dan tipe EK, ET dan EH untuk sistem distribusi dengan
tegangan sampai
38 kV.
C.
Pengembangan
tindak lanjut
Dengan diadakannya dengan dunia
industry atau dunia usaha agar dapat bertukar pikiran memberikan penjelasan
sehingga kita dapat mengetahui hal – hal yang melatarbelakangi factor pendukung
dan factor penghambat dengan demikian
dapat kami jadikan referensi pembuatan laporan prakerin.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan
adanya Program praktek kerja industri (prakerin) merupakan wujud nyata dalam
mempraktekan pelajaran yang telah diterima di sekolah.
Melalui program ini pula sangat
membantu kita para siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung di dunia
usaha / instansi, tentu hal ini dapat memudahkan kita apabila kedepannya
mendapatkan pekerjaan di dunia usaha / instansi lainnya.
B.
Saran
a) Untuk
Sekolah
-
Diharapkan sekolah yang berbasis
kejuruan mempunyai lapangan kerja sendiri guna mempraktekan secara langsung
bakat dan minat para siswa
-
Setelah keluar sekolah diharapkan dari
pihak sekolah mampu menyalurkan para siswa ke dunia usaha / instansi.
b) Untuk
Dunia Usaha / Instansi
-
Diharapkan dunia usaha / instansi
memiliki tempat yang lebih strategis
-
Kebersihan dalam menjalankan dunia usaha
harus tetap terjaga dengan baik
-
Tetap semangat dan “Excelent”
DAFTAR
PUSTAKA
Buku Sekolah
Elektronik-Teknik_distribusi_tenaga_listrik_jilid_3. Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta : 2008
Data-Data
statistic di PT.PLN (Persero) RAYON BOMBANA
Anonim.2010.Http:/Wikipedia.org/wiki/.9
Juni 2013
Anonim.2009.Http://www.iptek.e.id.
14 Juni 2013
http://dunialistrikelektron.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-fco.html
Materiallistrik.blogspot.co,id/2014/06.
http:Google/fusecutout.com
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Gambar.1
alat stick
Gambar.2
bahan fuse link